Selamat Datang di Blog PEMBELAJARAN KELAS SATU MI PULOERANG KECAMATAN LAKBOK KABUPATEN CIAMIS.Terima kasih.

Kamis, 19 April 2012

Cerdas adalah Pintar persepsi yang keliru

Sadarkah kita bahwa masyarakat dab pendidikan kita lebih mementingkan kecerdasan otak kiri daripada otak kanan? kenapa otak kanan kurang dihargai dalam dunia pendidikan kita, padahal kecerdasan otak kanan sama pentingnya dengan otak kiri.

Masyarakat menganggap cerdas dalam pendidikan adalah seseorang yang pintar, pintar dalam mengisi soal-soal evaluasi dari guru (kemampuan kognitif). Padahal kemampuan otak kanan seperti kemampuan imajinatif, menggambar/melukis, memainkan alat musik, tari, menyanyi adalah kecerdasan yang harus kita hargai.
Janganlah mengucapkan kata "BODOH" dan kata "JANGAN" kepada anak-anak kita karena akan membatasi perkembangan otak kanan anak, menurut para ahli seimbangnya penggunaan otak kanan dan otak kiri akan membuat peserta didik kita menjadi pribadi yang berkarakter, bertaqwa dan cerdas.  

Rabu, 18 April 2012

Assalamu'alaikum anak-anak ibu .....
buka mata indahmu sejernih hatimu, tersenyumlah secerah pagi ini, ulurkan tanganmu untuk selalu berdoa semoga kita selalu bersama dalam istiqomahnya ibadah, langkahkan kakimu untuk mencari ilmu dan berjalan di jalan Allah SWT

Add caption
Add caption




Rabu, 21 Maret 2012

Penggunaan Model Konkrit dalam Pembelajaran Kelas I


A. Analisis Masalah
Dalam operasi hitung penjumlahan bilangan bilangan cacah siswa kelas I MI Puloerang Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis mengalami kesulitan dalam pemahaman penjumlahan.
Penggunaan model konkrit adalah salah satu cara guru dalam inovasi pembelajaran yang bertujuan siswa mudah memahami penjumlahan bilangan cacah, selain itu supaya pembelajaran menyenangkan, siswa tidak merasa jenuh, karena pelajaran matematika adalah pelajaran yang harus dipahami bukan penalaran.
Menggunakan pendekatan himpunan supaya lebih jelas dalam operasi hitung penjumlahan, siswa menjumlahkan dua buah angka biasanya cara mengerjakannya dengan mengurutkan dari awal walaupun sudah menggunakan model konkrit. Contoh


      *   + =…..
1,   2,  3,       4, 5, = 5
 
 


 
 

Cara pemahaman siswa yang salah dalam operasi hitung penjumlahan bilangan cacah untuk penjumlahan yang lebih dari 10 sangat tidak efektif, selain tidak cepat mengenal nama bilangan karena harus mengurutkan, hasil belajar siswa juga tidak optimal. Jadi ingin sekali mencoba mempraktekkan cara pembelajaran yang menggunakan model konkrit dengan pendekatan himpunan untuk meningkatkan operasi hitung penjumlahan bilangan cacah di kelas II MI Puloerang Kecamatan Lakbok Kabupaten Ciamis.

B. Pemecahan Masalah
“Model konkrit adalah model penyajian yang penekanannya pada penggunaan alat peraga, baik benda-benda konkrit atau gambarnya”(Rosadi Lukman, 2001:90).
Biasanya penyajian model konkrit kurang praktis digunakan, terutama untuk bilangan-bilangan besar. Dengan demikian, model abstrak biasanya lebih praktis, akan tetapi untuk siswa kelas II sangat dibutuhkan penggunaan model konkrit karena mereka belum fokus pada penalaran atau abstrak, sehingga kurang memahami apa yang dipelajari atau yang ditanyakan guru.
Konsep tentang himpunan pertama kali di kemukakan oleh seorang ahli matematika berkebangsaan Jerman, yaitu George Cartor (1845 - 1918) istilah himpunan dalam matematika berasal dari kata ”set” dalam bahasa Inggris. Kata lain yang sering digunakan untuk menyatakan himpunan antara lain : kumpulan, kelas, gugus, kelompok.
Dengan demikian, kata kumpulan atau himpunan dalam pengertian sehari-hari ada perbedaan dengan pengertian dalam matematika. Jadi, kumpulan itu anggotanya di tentukan. Demikian pula dalam himpanan kosong dalam matematika tidak ada istilah tersebut dalam pengertiaan sehari- hari. Untuk lebih jelasnya, perhatikan contoh berikut ini;
Contoh kumpulan yang bukan himpunan dalam pengertian matematika:
a.       Kumpulan bilangan
b.      Kumpulan lukisan indah
c.       Kumpulan barang – barang baik
Dari contoh di atas, tampak bahwa dalam suatu kumpulan ada obyek. Obyek tersebut bisa abstraksi atau bisa pula  konkrit, pengertian abstrak berarti hanya dapat di pikirkan, mungkin ia bisa di dilihat,dirasa, atau bisa di pegang. Pada contoh (a) obyek bilangan abstrak. Obyek bilangan tersebut belum tentu,sebab kita belum bisa menentukan bilangan apa yang ter masuk bilanga tersebut.pada contoh (b) dan (c) objeknya adlah lukisan dan barang. Jadi ia kongkrit.tetapi kedua bilangan tersebut belum tentu,sebab sifat indah dan baik relative untuk setiap orang berlainan.
Kegiatan belajar mengajar merupapakan kegiatan yang paling pokok dalam proses pendidikan, karena itu keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan banyak terkantung pada bagaimana proses belajar mengajar yang dialami siswa dan guru. Proses belajar mengajardapat diartikan suatu kegiatan melaksanakan kurikulum suatu lembaga pendidikan agar dapat mempengaruhi para siswa dalam mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam mencapai tujuan tersebut, siswa tidak terlepas dari interaksi dengn lingkungan belajar yang diatur oleh guru melalui belajar mengajar. Dalam kegiatan belajar mengajar ada dua jenis kegiatan, yaitu kegiata siswa dan kergiatan guru atau belajar dan mengajar.
Belajar dan mengajar adalah dua konsep yang tidak bisa dipisahkan dalam kegiatan pembelajaran. Belajar mengacu kepada apa yang dilakukan siswa, sedangkan mengajar mengacu kepada apa yang dilakukan guru. Menurut para ahli pendidikan terdapat beberapa rumusan tentang pengertian belajar berdasarkan latar belakang dan teori yang dipegangnya antara lain:
 a) Gagne dalam ngalimun purwanto (1997:67) menyatakan bahwa :”Belajar terjadi apabila suatu situasi stimulus bersama dengan isi ingatan mempengaruhi siswa sedemikian rupa sehinga perbuatanya berubah dari waktu sebelum ia mengalami situasi itu kewaktu sesudah ia mengalami situasi itu”.
b) Witherington dalam Ngalimun Purwanto (1997: 87) mengemukakan bahwa” Belajar adalah suatu perubahan didalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru dari pada reaksi yang berupa kecapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, atau suatu pengertian”.
c) Mohammad Surya (1992: 231) mengemukakan bahwa : “ Belajar adalah proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan”.
d) Asubel menyatakan bahwa :” Belajar dapat diklasifikasikan kedalam dua dimensi. Dimensi pertama berhubungan dengan cara informasi atau materi pelajaran disajikan pada siswa melalui penerimaan atau penemuan. Dimensi ke dua menyangkut cara bagaimana siswa dapat mengaitkan informasi itu pada struktur kognitif yang telah ada”.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan, kepandaian, pengalaman dan latihan dalam berinteraksi dengan lingkungsnnya. Seperti halnya belajar, mengajar pada intinya adalah suatu proses yaitu upaya pemanpaatan lingkungan yang ada disekityar siswa, sehingga menimbulkan minat terhadap siswa untuk melakukan proses belajar.
Pelaksanaan pengajaran merupakan pelaksanaan suatu pelajaran yang dilakukan saat berlangsungnya proses belajar mengajar, yaitu adanya interaksi antar guru dengan siswa atau soswa dengan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar. Seperti yang dikemukakan oleh Ruseffendi (1998: 2) bahwa: suatu kelompok dikatakan belajar secara aktif dalam kegiatan belajarnya ada mobilitas, misalnya nampak dari interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa atau sesama siswa. Komunikasi yang terjadi tidak hanya satu arah.
Seperti halnya belajar, pengertian mengajar banyak di definisikan sebagai berikut: menurut Rasmadi (1988: 1) bahwa:
1) Mengajar adalah suatu proses interaksi antara guru dengan murid yang tujuanya agar siswa menerima ilmu, menguasai pengetahuan, memiliki keterampilan dan kecakapan serta mempunyai sikap dan nilai yang topik – topik pelajaranya dijalaskan oleh guru. 
2) Mengajar adalah memberi tahu, memberi nasehat, memberi conto membiarkan siswa  untuk belajar.
3) Mengajar adalah memberi kesempatan pada siswa untuk bertanya, menjawab, mencari penyelesaian, menemukan pemecahan, berdiskusi, mengeluarkan pendapat.

Menurut Bruner (Dahar, 1996: 107) bahwa:” mengajar adalah membuat anak–anak kita berpikir secara matematis bagi dirinya sendiri, berperan serta dalam proses perolehan pengetahuan”. Tujuan–tujuan mengajar hanya dapat diuraikan secara garisbesar dan dapat dicapai dengan cara–cara yang tidak perlu sama oleh para yang mengikuti pelajaran yang sama.
Sedangkan Nasution syah (1995; 183) mengemukakan bahwa:” mengajar merupakan suatu aktivitas mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik baiknya atau menghuibungkanya dengan anak,sehingga terjadi proses belajar”.
Menurut Burton (Rusyana, 1998: 26) bahwa “ mengajar adalah upaya dalam memberi rangsangan (stimulus) bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar”.

2. Operasi Hitung Penjumlahan Bilangan Cacah
Penjumlahan atau penambahan (pengerjaan tambah) merupakan pengerjaan pokok dalam pengerjaan-pengerjaan hitung. Fakta dasar penjumlahan adalah :
0+0, 0+1, 0+2, 0+3, ….0+8, 0+9
1+0, 1+1, 1+2, 1+3, …..1+8, 1+9
Dan seterusnya. 
Bilangan cacah merupakan salah satu konsep matematika yang harus dikuasai siswa kelas I sampai kelas IV Sekolah Dasar sesuai dengan kurikulum 2006. salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa adalah mengoperasikan bilangan cacah, meliputi operasi penjumlahan, operasi pengurangan, operasi perkalian, dan operasi pembagian.
Dalam pengembangan system bilangan, kita tidak cukup hanya memiliki bilangan asl, kita memerlukan nol. Nol ini sangat perlu sekali, misalnya bagi auatu sistem bilangan nilai tempat. Dengan adanya symbol untuk nol, kita dapat dengan mudah membedakan antara bilangan-bilangan yang lambing bilangannya sama, missal:12 (102 dan 120).
Bilangan cacah yaitu semua bilangan asli dengan nol bilangan cacah adalah 0, 1, 2, 3, 4, dan seterusnya”(Rusffendi, 1989:32)
Bilangan cacah menurut Muchtar A. Karim dkk ( 1996/1997:9) yaitu: sebagai bilangan yang digunakan untuk menyatakan cacah anggotaatau koordinasi suatu himpunan. Jika suatu himpunan yang karena alasan tertentu tidak mempunyai anggota sama sekali, maka cacah anggota himpunan itu dinyatakan dengan “nol” dan dinyatakan dengan lambang “0”.

3. Pemahaman Operasi Hitung Bilangan Cacah
Untuk mengetahui tingkat kemajuan yang telah dicapai oleh siswa dalam suatu kurun waktu proses belajar tertentu bisa diketahui dari evaluasi yang dilakukan oleh guru.
“Pemahaman adalah hasil dari suatu kegiatan yang telah kerjakan, diciptakan, baik secara individual maupun kelompok” (Syaeful Bakri Djamarah, 1994 : 19)
Jadi yang dimaksud dengan pemahaman siswa adalah kemampuan yang dimiliki sebagai hasil dari belajar atau “Kecakapan yang nyata dapat langsung diukur dengan suatu alat dalam hal ini adalah tes” (Ermayanti, 1986 : 33).
 Pemahaman operasi hitung bilangan cacah pada materi penjumlahan, siswa tidak cukup mendapatkan nilai evaluasi dari guru tetapi mengerti cara mengerjakan operasi hitung penjumlahan bilangan cacah. Setiap orang belajar akan mencapai hasil, besar kecilnya hasil bukan jadi persoalan yang jelas bahwa setiap yang belajar akan mendapatkan hasil, ada tiga jenis hasil belajar yaitu:
a. Kognitif
- Pengamatan/ perceptual
- Hapalan/ ingatan
- Pengertian/ pemahaman
- Aplikasi/ penggunaan
- Analisa
- Sintesa
- Evaluasi
b. Afektif
- Penerimaan
- Sambutan
- Penghargaan/ apresiasi
- Internaslisasi/ pendalaman
- Karakterisasi/ penghayatan
c. Psikomotor
- Keterampilan bergerak/ bertindak
- Keterampilan ekspresi verbal dan non verbal (Abin Syamsudin Makmum, 1996: 14-15)

Agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika menurut Gagne (Ruseffendi, 1988: 165) bahwa:
Dalam belajar Matematika ada dua objek yang dapat diperoleh siswa, objek langsung dan objek tidak langsung. Objek langsung ialah kemampuan menyelidiki dan memecahkan masalah, mandiri, bersikap positif terhadap Matematika, tahu bagaimana belajar. Objek tidak langsung ialah fakta, keterampilan, konsep, dan aturan.

Rabu, 14 Maret 2012

Pendidikan Berkarakter


Pendidikan karakter adalah pendidikan untuk 275 juta penduduk Indonesia”
Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM
Sumber : Litbang Kompas
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.
Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient.
Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kulaitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan.
Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan  di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup  terpenjara oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat.
Bagi Indonesia sekarang ini, pendidikan karakter juga berarti melakukan usaha sungguh-sungguh, sitematik dan berkelanjutan untuk membangkitkan dan menguatkan kesadaran serta keyakinan semua orang Indonesia bahwa tidak akan ada masa depan yang lebih baik tanpa membangun dan menguatkan karakter rakyat Indonesia. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)